Minggu, 25 Agustus 2013


PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL PADA LANSIA
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya. Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat proses menua (Brocklehurst and Allen,1987, Morris and Dew,1985, Nelson and Castel,1990)
1.      Rongga Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:
a.       Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusutan dan fibrosis pada akar halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.
b.      Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa yang sama kualitasnya.
c.       Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan epitelium dan mengandung keratin.
d.      Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan penyiapan makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah mengalami penurunan.
 2.      Faring dan Esofagus.
            Banyak lansia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses menelan sering sukar. Kelemahan otot esophagus  sering menyebabkan proses patologis yang disebut hernia hiatus didalam esofagus juga mengalami  dilatasi yaitu kehilangan tonus sfingter jantung, serta penurunan refleks muntah.Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko aspirasi.

3.      Lambung
a.       Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11% sampai 40% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertumbuh secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.
b.      Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.

4.      Usus halus
            Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berukurang, menyebabkan jumlah vili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan ini sering menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldisgesti dan malabsorbsi.

5.      Usus besar dan Rectum
            Pada usus besar kelok – kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorbsi air dan elektrolit meningkat, feses menjadi lebih keras sehingga keluhan sulit buang air merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia. Konstipasi juga disebabkan karena peristaltic kolon yang melemah, akibatnya kolon gagal mengosongkan rectum.

6.      Saluran Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas
            Pada hepar dan hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran empedu, hati, kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua:
a.      Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang tinggi (250-300 mg/dL).
b.      Perubahan proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol




1 komentar: