PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL PADA
LANSIA
Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak
sel tubuh dan penurunan metabolism di sel lainnya. Proses ini menyebabkan
penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi
pada sistem gastrointestinal akibat proses menua (Brocklehurst and Allen,1987,
Morris and Dew,1985, Nelson and Castel,1990)
1. Rongga
Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang
terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:
a.
Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusutan dan fibrosis pada akar
halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal
ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu
yang lepas.
b. Hilangnya
kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa dan
peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa yang sama
kualitasnya.
c.
Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih
merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan epitelium dan
mengandung keratin.
d. Air liur/
saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang telah dikunyah.
Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut: penyediaan
enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi,
pengaontrol flora pada mulut, dan penyiapan makanan untuk dikunyah. Pada lansia
produksi saliva telah mengalami penurunan.
Banyak lansia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses menelan
sering sukar. Kelemahan otot esophagus sering menyebabkan proses
patologis yang disebut hernia hiatus didalam esofagus juga mengalami
dilatasi yaitu kehilangan tonus sfingter jantung, serta penurunan refleks
muntah.Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko aspirasi.
3. Lambung
a.
Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11% sampai 40%
dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan
dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertumbuh
secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.
b. Penurunan
motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi
obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.
4. Usus
halus
Mukosa usus halus juga mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berukurang,
menyebabkan jumlah vili berkurang dan selanjutnya juga menurunkan proses
absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan empedu
juga menurun, sehingga metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak
sebaik sewaktu muda. Keadaan ini sering menyebabkan gangguan yang disebut
sebagai maldisgesti dan malabsorbsi.
5. Usus
besar dan Rectum
Pada usus besar kelok – kelokan pembuluh darah meningkat sehingga motilitas
kolon menjadi berkurang. Keadaan ini akan menyebabkan absorbsi air dan
elektrolit meningkat, feses menjadi lebih keras sehingga keluhan sulit buang
air merupakan keluhan yang sering didapat pada lansia. Konstipasi juga
disebabkan karena peristaltic kolon yang melemah, akibatnya kolon gagal
mengosongkan rectum.
6. Saluran
Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas
Pada hepar dan hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih
dari 80 tahun. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran
empedu, hati, kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua:
a. Pengecilan
ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi penurunan
kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.
Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang tinggi (250-300 mg/dL).
b. Perubahan
proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang
signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol